Tugas Suami atau Tugas Istri?

Tugas Suami atau Tugas Istri?

Berumahtangga masih dua tahun, membuat postingan ini mungkin terasa belum masak. Angka bukan tolak ukur yang sebenarnya, kan? Biarpun masih sebentar, ada banyak adegan-adegan yang membuat saya dan suami belajar.

Tugas Suami: kerja, cari nafkah, ngurusin genteng, angkat beras, angkat galon, benerin laptop yang rusak, pasang kabel
Tugas Istri: masak, ngurus anak, bersihin rumah, bikin kopi buat suami, setrika, jemur baju, bersihin kamar mandi, beli kecap

Siapa sih yang bikin aturan gini?

Pemikiran lama tentang tugas istri dan tugas suami ini bikin saya risih sih. Apalagi, saya tinggal di lingkungan yang masih mengadopsi pemikiran tersebut. Bagi saya pribadi, nggak ada tugas suami atau tugas istri. Karena, semua yang dilakukan bersama jauh lebih menyenangkan dan romantis.

Saya pernah beli beras 25 kilo ke toko kelontong, angkat sendiri, naik motor matik. Sengaja biar suami saya bisa tidur agak lama, sambil kelonin Arthur. Suami saya tiap pagi mengurus jemuran, ngelipetin baju dan mandiin anak sambil main air, agar saya bisa sarapan dengan tenang. Karena semenjak ada Arthur, makanan itu asal telan, karena ada banyak hal yang harus diurus selanjutnya. Menurut saya ini jadi momen romantis, ketika kami melepaskan ego masing-masing untuk membantu pasangan.

Terus, apakah saya dan suami nggak pernah bertengkar? SERING BANGET!

Pada suatu pagi atau malam, ketika saya banyaak sekali melakukan kegiatan ke-rumah-tangga-an. Sedikit saja suami saya melakukan kesalahan (read: meletakkan barang tidak pada tempatnya). Maka, perang telah dimulai.

Semenjak kuliah sampai kerja, saya terbiasa melakukan segala hal sendiri. Hal ini pun terbawa sampai saya hidup bersama suami dan mertua. Perbedaan kebiasaan hidup inilah yang jadi tantangan banget buat saya. Tapi, saya memilih untuk menjadi diri sendiri, mengatur hal kerumahtanggaan dengan cara saya sendiri, nggak peduli kata orang sih.

Saya sih yang sering marah, kenapa saya harus melakukan banyak hal. Di sisi lain, saya menyadari, suami ingin membantu, tapi tidak tahu harus mulai dari mana, bagaimana caranya, bagaimana jika nanti melakukan kesalahan, apakah Mama akan marah dan lain sebagainya.

Apasih yang dibutuhkan? NGOBROL BERDUA.

Malam saat Arthur tidur, kami sering meluangkan waktu untuk ngobrol berdua. Kami mengungkapkan pendapat masing-masing, mencoba saling mengerti dan memaafkan. Di sini saya belajar untuk melihat sesuatu dari banyak sisi.

Dalam keseharian, kami masih sering menemukan perbedaan. Tapi, bukankah butuh selamanya untuk bisa mengerti pasangan satu sama lainnya? Saya jadi menyadari jika setiap harinya setiap individu berubah. Sebagai pasangan, saya juga berubah. Yang dibutuhkan hanyalah mencocokkan ritme agar bisa berjalan beriringan seperti biasanya.

Untuk apa ada tugas suami dan tugas istri, kalau beli tabung elpiji sekarang bisa delivery. Buat apa ada tugas suami istri kalau ada Go-Clean yang tinggal pesan lewat aplikasi. Pada dasarnya, apa-apa yang dilakukan berdua itu menyenangkan dan bikin hati tenang.

Pagi ini saya masak tumis sosis brokoli lada putih ditemani suami. Dia bikin kopi susu-nya sendiri pagi ini. Sambil ngobrol, ia ambilkan apa-apa yang saya butuhkan di kulkas. Sarapan bareng. Selesai makan dia bantuin jemur mukena di depan rumah. Saya mandi terus dandan. Sesederhana itu kami hapuskan 'tugas suami' dan 'tugas istri' yang selama ini membelenggu banyak orang.

Selamat lakukan apapun bersama, berdua, selamanya!

PS: tugas suami dan tugas istri ini hanya seputar kerumahtanggaan. untuk perihal lainnya yang lebih serius, apalagi yang berkenaan dengan agama tidak termasuk ya.