Makhluk Kecil dalam Perut
Semenjak menikah, saya punya kebiasaan baru yang menyenangkan. Menciptakan karakter fiksi yang begitu saya cintai. Hingga suami sering bertanya-tanya, kenapa saya suka bicara dan tertawa sendiri.
“Selamat pagi sayang, mau sarapan apa pagi ini?”
Pertanyaan itu tidak dilontarkan pada suami, namun karakter fiksi yang saya simpan sendiri. Saat makan, saya juga sering mengenalkan nama-nama makanan dan menceritakan bagaimana rasanya. Saya ingin dia juga mengenalnya, menyukai apa yang saya sukai.
“Tell me what do you like, dear. So I can bring a tons of it for you”
Saya suka menebak apa yang akan disukainya. Seandainya dia bisa bicara dan mengucapkan satu kata. Saya akan membawakannya apa saja, dalam jumlah yang tak sewajarnya. Seperti cinta saya yang tumbuh semakin besar.
Lama ‘bicara sendiri’, saya mulai mengajak suami mengenal karakter fiksi yang saya ciptakan. Jika dia suka makan apel fuji, sup makaroni rasa ayam yang dihilangkan kacang polongnya dan susu hangat setiap pagi.
Karakter fiksi ini semakin kuat memengaruhi imajinasi kami. Seperti dia ada dan nyata. Kami menjadi pasangan pengantin baru yang suka membayangkan ini dan itu. Membayangkan dia membangunkan kami untuk main bola, minta dibelikan baju dinosaurus hingga minta bekal kesukaannya lengkap dengan botol minum.
Imajinasi kami menggila saat tahu dia benar-benar ada. Lewat mual yang tiada habisnya dan dua garis merah dalam hitungan detik. Saya sering menangis saat berbicara padanya. Ia yang selama ini saya ajak bicara ternyata ada. Entah sejak kapan.
Si Makhluk Kecil Saat Berumur 9 Minggu
Terima kasih sudah benar-benar ada, sayang. Selamat datang makhluk kecil dalam perut!