Say Yes.
Apa susahnya mengatakan ‘iya’?
Susah, apalagi bagi wanita.
Kali ini saya ingin bercerita, tentang seorang teman yang sedang ragu untuk mengatakan ‘iya’ pada pasangannya. Kisah mereka ini bisa dibilang epic. Tujuh tahun bersama, bukan waktu yang singkat. Entah sudah berapa masa yang mereka lalui bersama. Saya kurang tahu pasti. Yang jelas, kini mereka sedang menunggu kata ‘iya’ dari sang wanita.
Setahu saya, mereka sudah bersama semenjak bangku kuliah. Teman yang kemudian menjadi pasangan. Begitu, cerita mereka pada awalnya. Setiap hari bertemu dan bersapa. Kini mereka harus LDR beda pulau. Jarak selalu mengganggu? Tidak hanya itu, sinyal redup redam di hutan Kalimantan sering menciptakan komunikasi yang tak lancar. Begitu, curhatnya pada saya tahun lalu.
Selayaknya pasangan LDR lainnya, mereka bertemu banyak hal-hal yang mengganggu. Yang membuat kagum adalah, mereka menghadapinya dengan sangat dewasa. Biar pun, saya pernah menemukannya menangis histeris di pagi hari. Tapi, tak ada perang status di social media, tidak ada kata putus yang begitu saja terucap, tidak ada drama Korea yang membabi buta. Bahkan, tidak ada batasan hingga posesif itu tercipta.
Mereka punya cara tersendiri untuk menghabiskan waktu bersama. Setelah tahun pertama atau kedua LDR, pasangannya pulang ke kota asal. Senang melihat mereka menghabiskan waktu bersama. Lalu, teman saya mendadak memakai kalung dengan simbol love berwarna biru. Cantik! Saya pun iri melihatnya. Harapannya beberapa tahun ke depan, akan ada cincin yang melingkar di jari manis-nya.
Hubungan kedua keluarga mereka juga sangat baik. Tidak jarang teman saya suka menghabiskan malam minggunya ke rumah calon ibu mertua. Hanya sekadar menanyakan kabar dan menghabiskan waktu bersama. Saya ingat hari itu, teman saya terlihat sangat cantik.
Sekilas mereka terlihat baik-baik saja. Foto profil social media juga banyak yang berdua. Tapi, tidak ada yang tahu arti mata sembab di suatu pagi. Atau, room chat yang kosong beberapa hari. Mereka mungkin mengalaminya. Entahlah saya juga tidak tahu bagaimana benarnya. Tapi mereka juga mengalami masa-masa berat.
Beberapa saat yang lalu, teman saya menghabiskan akhir pekannya ke kota pasangan. Pertemuan yang singkat, namun punya banyak arti yang memikat. Saya percaya jika setiap pertemuan memiliki misi. Entah ingin menunjukkan apa, hanya mereka yang tahu jawabannya.
Kembali lagi pada kata ‘iya’. Memang cuma satu kata, tapi saat pertanyaannya itu mengarah pada hidup bersama rasanya akan jauh lebih berbeda. Saya sendiri tidak pernah mengatakan ‘iya’. Saya hanya terjebak dalam pertemuan keluarga yang tiba-tiba, lalu ada cincin yang melingkar di sana.
Mungkin teman saya akan membaca postingan ini. Jadi saya ingin berbagi tentang adegan sore, yang semoga cukup kuat untuk membuatnya melangkah.
We both capable of everything. Anything is possible and manageable
As long as we are together. Nothing will be too hard. Let’s make the magic happen.
You and me.
Pasangan saya mengatakannya lewat room chat sore ini. Saat saya berkeluh kesah membabi buta. Memang ada banyak hal berat di luar sana. Tapi saat sudah mengatakan ‘iya’, segalanya akan dihadapi bersama.
Untuk teman yang sedang membaca, saya berharap kamu selalu bahagia.