Weekly Journal #03
Beberapa waktu yang lalu saya nonton YouTube Raditya Dika yang judulnya 'Suami Istri Ngomongin Duit'. Tema ini menarik sih, apalagi buat pasangan suami istri. Uang, penghasilan, pengeluaran, tabungan dan utang selalu menjadi hal yang tabu untuk dibicarakan dengan siapa pun. Terus, kalau sudah jadi suami istri, bakalan tabu juga nggak sih ngomongin uang?
Tema serupa ini juga pernah dibahas sama @jouska_id di storiesnya. Sempat kaget banget waktu tahu ternyata ada banyak suami istri yang nggak saling jujur soal masalah keuangan. Punya utang nggak bilang, dapet penghasilan tambahan diem aja dan lain sebagainya.
Saya sendiri selalu berusaha untuk terbuka soal keuangan dengan suami. Awal nikah sih kayak agak aneh berbagi informasi soal keuangan. Apalagi saya bekerja dan punya penghasilan sendiri. Biarpun waktu itu masih satu tahun kerja, jujur aja belum punya tabungan apa-apa. Living paycheck to paycheck gitu deh. Setelah menikah, tentu saja prioritas dan rencana buat masa depan berdatangan kan. Menurut saya, terbuka soal keuangan antara suami dan istri itu penting banget.
Suami sih nggak pernah tanya tentang berapa dan buat apa saja gaji selama ini. Dia juga beranggapan kalau gaji istri ya milik istri. Biarpun begitu, saya tetap terbuka soal nominal gaji hingga pengeluaran pribadi. Suami saya juga sangat terbuka soal keuangannya. Jadi kita berdua sama-sama blak-blakan soal keluar masuknya uang masing-masing.
"Pernah nggak sependapat soal keuangan nggak?"
Tentunya sering. PR-nya nggak hanya terbuka aja, tapi juga menyamakan persepsi tentang cara spending. Suami lebih memilih membeli suatu barang yang menurut saya mahal banget, tapi punya kualitas bagus dan punya waktu pakai yang lama. Sedangkan saya, suka membeli sesuatu yang murah dan dapet banyak. Tanpa saya sadari, kebiasaan ini jadi konsumtif karena beberapa bulan ke depan bakalan beli barang yang sama karena sudah rusak.
Saya sempat kaget dengan harga sepatu suami. Kalau buat saya dulu, beli sepatu mah 300K aja udah cukup. Iya 300K tapi dalam setahun saya bisa bolak balik beli sepatu sampai 3-4 kali karena sudah rusak. Begitupun dengan jenis sepatu yang saya pilih. Flat shoes menurut suami saya adalah jenis sepatu yang nggak efektif. Bagian atas terbuka, nggak melindungi kaki, tipis, capek dibuat jalan lama dan masih banyak kekuarangan lainnya. Kalau saya sih liatnya fashionable :p
Lama kelamaan, saya iri dengan sepatu koleksi suami yang tetep awet biarpun belinya sudah 5 tahun yang lalu. Saya pun mulai teracuni buat cobain sepatu sneakers, running shoes, sampai loafer dari brand yang ternama. Sekarang saya ngerti kenapa membeli sesuatu yang agak mahalan tapi kualitas dan kenyamanannya terjamin itu penting.
Seiring dengan saling terbuka dan menyamakan cara spending, kita mulai memililah mana kebiasaan yang sesuai dan tidak dengan keluarga kami. Yang dulunya gampang banget beli-beli, sekarang lebih selektif dan bijaksana saat belanja. Kalau lagi pengen beli sesuatu, nggak perlu diem-diem sih. Jujur aja kalau mau beli, kalau memang butuh dan worth to buy, its okay.
Bagi sebagian orang, terbuka soal keuangan dengan pasangan bisa jadi hal yang berat. Tapi, ini bisa jadi awal yang bagus banget untuk menanamkan rasa percaya.